Hari Rabu lalu, saya memenuhi undangan dari guru sekolah anak saya untuk menjadi “Teacher for a Day” di TK Cikal Harapan. It was an honor for me untuk menjadi salah satu dari enam orangtua murid yang diminta mengajar selama sehari di kelas anaknya pada hari-hari terakhir sekolah di tahun 2010 ini. Saya mengajar pada hari kedua, di kelas A3, yaitu kelas anak saya Vira.
Dari 9 murid di kelas itu, 3 orang sudah pergi diajak berlibur oleh orangtuanya (hari esoknya sekolah libur hingga Januari), meninggalkan 6 mahluk lucu-lucu ini untuk belajar bersama saya. Ngurusin 6 anak aja sudah lumayan repot, gak kebayang orangtua murid lain yang mengajar di kelas A1 dan A2 dengan 10 anak per kelas. Selain anak saya Vira (middle pink, cheeky monkey), dari kiri gambar diatas ada Sahel, Gania, Aquela, Faza dan Afif.
Hari itu saya memutuskan untuk mengajarkan anak-anak membuat Rumball (tanpa Rum tentunya) atau chocolate truffles, karena cepat, mudah dan tidak perlu dimasak. Gak kebayang kalo mengajarkan anak-anak membaca atau lainnya seperti para orangtua yang lain, I’ll just teach them what I know. Setelah berbaris, membaca doa dan sedikit bermain dengan guru mereka, semua berkumpul di meja kecil dimana saya sudah menyediakan bahan-bahan:
- 1 kantong biskuit marie (merk apa saja)
- 10 sdm mentega yang sudah dilelehkan
- 100 ml susu kental manis coklat
- 1 kantong meisjes coklat
Let’s get cooking!
Sebelum memulai membuat rumball, anak-anak saya ajarkan dulu cara mencuci tangan yang benar, karena membuat rumball akan melibatkan mereka menggunakan tangan mereka untuk membentuknya. Supaya tidak perlu keluar ruangan dengan kemungkinan salah satu akan lari-lari, saya sudah sediakan antiseptic wash.
Setelah selesai mencuci tangan, saya mulai dengan menghancurkan biskuit marie. Saya biarkan satu-per-satu anak bergantian menghancurkan biskuit marie dalam wadah besar menggunakan spatula dan sendok aduk besar. Agar tidak berebut, kita harus selalu berbicara pada mereka, menjelaskan proses dan menegur satu persatu secara aktif. Hebat banget deh guru TK, gak kebayang kalo saya harus begini tiap hari.
Setelah biskuit sudah hancur lebur, kita tuangkan mentega meleleh dan susu kental manis coklat dalam adonan dan di aduk hingga merata dan lembek. Mereka pun bergantian mengaduk adonan sembari dua temannya memegang wadahnya.
Sekarang masuk ke bagian messy and fun-nya. Masing-masing anak saya berikan satu sendok adonan untuk mereka bentuk menjadi bola lalu mereka gulir diatas meisjes.
Tebakan saya tepat, this is the most fun and funny part. Ada Gania yang setelah mengulirkan adonannya diatas meisjes lalu memakannya sampai habis, Afif yang takut memegang adonan, Faza yang setelah berhasil membuat satu rumball lalu menjilati tangannya (dan harus cuci tangan lagi, dan berulang terus-menerus), Vira yang malah membuat cangkir dari adonan, Sahel yang amat bersemangat dan pasti selalu membuat rumball gepeng, dan Aquela si cheerleader yang menyemangati teman-temannya tapi hingga adonan habis baru membuat satu “Ayo bikin yang banyak teman, aku mau coba…”
Adonan yang seharusnya bisa untuk 30-40 rumball akhirnya hanya menghasilkan 20. Setelah saya hitung digambar atas, ternyata tinggal 19, berarti dimakan Gania satu lagi, hahaha ^_^
Yang penting anak-anak senang dan belajar sesuatu. Setelah saya membariskan mereka dan pergi menuju kamar mandi untuk cuci tangan, saya berpamitan pada mereka dan gurunya. It was a fun day. “Kayak di Kidzania Papacan”, kata Sahel. Oh ya, the kids call me Papacan (as in Papa Chandra). 😀